KUALITAS PENERANGAN ALAMI BANGUNAN GEREJA BLENDUK SEMARANG
Abstrak
Beberapa bangunan kuno peninggalan Kolonial Belanda, seringkali menunjukkan upaya pemanfaatan faktor–faktor iklim seperti matahari dan angin dalam konteks iklim tropis lembab di Indonesia dengan baik, meskipun arsiteknya berasal dari negara beriklim empat musim. Seperti dalam tata letak membujur utara-selatan beserta selasar depannya untuk mengurangi panas matahari. Namun, tak jarang, membawa kebiasaan mereka, membuat bukaan dinding (pintu dan jendela) yang berukuran lubang tinggi vertikal hampir ke plafondnya yang tinggi pula dalam rangka mendapatkan penerangan alami cukup. Mengingat seumumnya kavling di negaranya berlebar sempit, sangat panjang ke dalam, dan berpenataan close-plan. Melalui kasus bangunan kuno peribadahan umat Katolik berlantai dua Gereja Blendhuk di Semarang penelitian ini dilakukan; bertujuan untuk mengungkapkan kualitas penerangan alaminya. Metode penelitian berpendekatan kombinasi antara kualitatif (menggunakan teori) dan kuantitatif (menggunakan alat pengukur penerangan lux meter). Jendela lantai bawahnya berkaca timah, dan pada lantai atas: jendela jungkit. Hasil penelitian, luas bukaan untuk penerangan sudah memenuhi persyaratan, kekuatan penerangan alami pada ruang dalampun memenuhi, serta kedalaman ruang yang dapat dijangkau penerangan alami juga terpenuhi. Dengan demikian desain penerangan alami pada bangunan Gereja Blenduk, sesuai dengan kriteria penerangan alami.